Ritual / Adat Kelahiran Masyarakat
Suku Dayak
Masa
kehamilan
Selama
masa kehamilan, seorang Ibu melaksanakan pantang dan demikian juga
seorang Bapak. Pantangan ini dilaksanakan oleh kedua orang tua sang calon
bayi dengan maksud agar anak yang lahir kelak dalam keadaan sehat dan sempurna
sebagai manusia. Pantang di sini berarti selama masa kehamilan, seorang ibu
atau bapak tidak boleh melakukan pekerjaan tertentu yang bisa mengandung makna
menggangu kelancaran proses melahirkan atau pun kesehatan sang bayi. Pantangan
itu adalah sebagaimana berikut ini:
Pertama, pantangan Ibu: Tidak boleh duduk di
depan pintu, dengan pengertian agar bayi yang akan lahir nanti tidak mendapat
kesulitan melainkan lancar, tidak boleh membelah/memotong binatang, artinya
agar bayi yang lahir nanti tidak sumbing atau cacat fisik lainnya.
Kedua, pantangan bapak: Tidak boleh
menutup pinggir perahu (galak haruk), memaku perahu, memaku rumah, membelah
kayu api yang sudah terbakar ujungnya, memukul kepala ikan. Pengertian
pantangan ini pun dimasudkan agar sang bayi kelak lahir dengan lancar dan dalam
keadaan sehat.
Dengan
mencermati adat dan perlakuan dalam menjaga kesehatan dan keselamatan janin,
kita dapat mengtahui bahwa etnik Bahau menjunjung tinggi hakekat dan nilai
manusia sejak manusia itu masih dalam kandungan.
Kelahiran
Untuk
membantu proses kelahiran seorang bayi, biasanya ditangani oleh bidan /dukun
kampung. Jika seorang ibu hamil sudah tiba masanya untuk melahirkan, maka
suaminya atau orang lain akan menjemput bidan kampung untuk membantu proses
kelahiran sang bayi. Orang yang menjadi bidan kampung ini biasanya yang
memiliki keahlian khusus walaupun ia tidak pernah mendapatkan pembinaan formal,
namun karena pengalaman dan talentanya dapat dipercaya.
Setelah
sang bayi lahir, ada beberapa tahapan perlakuan yang harus dilaksanakan oleh
bidan maupun pihak orang tuanya. Tahapan itu meliputi masa sejak kelahiran sang
bayi sampai masa menjelang menginjak dewasa. Tahapan-tahapan yang dimaksud
adalah sebagai berikut:
1. Taak
Puhal, yaitu memotong tali pusat bayi oleh bidan kampung memakai sembilu
(bilah bambu yang di tajamkan) dan diberi nama sementara.
2. Tegerang
To’oh abeq (liyaq), adalah acara adat pemberian nama anak dengan mendirikan
teloh (telur ayam), anak ayam, pisang ambon (du’un puteq uraan), satu ruas
bambu, satu piring porselin dengan diiringi mantra adat/doa dalam bahasa Bahau.
Jika telur yang didirikan dalam piring tidak rebah, maka nama yang disebutkan
cocok sesuai dengan nama yang dipilih, dan jika telur ayam yang didirikan
rebah, maka nama tersebut tidak cocok dan harus diganti dengan nama lain dengan
mengulangi cara yang sama. Perbuatan tersebut dilakukan sebanyak tiga kali jika
pada pada kesempatan pertama dan kedua belum berhasil mendapatkan nama yang
cocok. Selanjutnya telur dan anak ayam tadi dimasukkan ke dalam bambu, dimasak
dan dimakan oleh orang tua bayi bersama orang yang hadir di situ (naruung).
3. Napoo
tenan, yaitu acara adat untuk anak yang dilakukan di sungai. Dalam acara ini
dipersembahkan sesaji untuk roh leluhur yang dipandu oleh Dayuung, kemudian
dilanjutkan dengan memandikan anak di sungai serta diiringi mantra doa adat (maraaq).
4. Muhu
Anak, adalah suatu acara adat yang dibuat untuk anak, yang mempunyai arti
membuang sial (dawiiq) akibat perlakuan orang tuanya. Selama acara adat
tersebut dilakukan, terus menerus diucapkan doa mantra adat (maraaq)
oleh Dayuung.
5. Ku’an
Anak, adalah memberikan sesuatu barang (barang bermakna) kepada anak, agar
kelak mudah mendapatkan rejeki dan keberuntungan. Pemberian tersebut dengan
cara, menyuapi anak dengan sebutir nasi diiringi mantra-mantra doa.
Perlengkapan lain adalah, satu piring putih, satu sendok nasi, satu gelas, satu
parang (ukul parang), dan mengambil tanah dengan jempol kaki untuk
dioleskan pada dahi anak. Selanjutnya memberi minum anak. Adat ini pun
dimaksudkan agar anak bertumbuh secara sehat.
6. Dangai
Katuung Layaah, adalah suatu acara adat untuk memperkuatkan dan meneguhkan nama
anak. Adat ini dibuat ketika anak berumur antara satu sampai dua tahun. Adapun
barang barang yang perlu dipersiapkan dalam acara adat ini untuk anak perempuan
masing-masing adalah:
Tabel 1 :
Barang adat Dangai
Anak
Laki-laki
|
Anak
Perempuan
|
||||
No.
|
Nama
barang
|
Jumlah
|
No.
|
Nama
barang
|
Jumlah
|
1.
|
Lavuung tap (topi manik)
|
1 buah
|
1.
|
Katung wing 8 untai
|
1 buah
|
2.
|
Parang hulu kayu lengkap
|
1 buah
|
2.
|
Ta`ah tap lengkap
|
1 buah
|
3.
|
Katung wing 8 untai
|
1 buah
|
3.
|
Baju manik dan lavuung
|
1 pasang
|
4.
|
Sunung
|
1 buah
|
4.
|
Gigi harimau dan manik
|
1 pasang
|
5.
|
Hong hulau
|
1 buah
|
5.
|
Bulu burung Enggang
|
1 buah
|
6.
|
Babi jantan
|
1 ekor
|
6.
|
Manik/telebei
|
1 untai
|
7.
|
Ayam
|
2 ekor
|
7.
|
Awaq/taksa
|
1 buah
|
8.
|
Babi jantan
|
1 ekor
|
|||
9.
|
Ayam
|
2 ekor
|
|||
Dalam
upacara tersebut di atas, dipergunakan juga perlengkapan lain yaitu: empat buah
gong (aguung), sebuah mebang, sebuah tambur (tuvuung). Barang barang
tersebut adalah alat musik yang dibunyikan dalam upacara dengan irama khas
Dangai.
Hewan
berupa babi dan ayam yang dipergunakan dalam upacara di atas, bermakna untuk
mengetahui kelangsungan kehidupan anak, apakah kelak akan sukses dalam
pertumbuhannya, mudah mendapatkan rejeki, atau mendapatkan kesulitan hidup.
Kegiatan naruung juga mempunyai makna yang sama dengan makna di atas.
Kepada
Dayuung pemandu pelaksana acara adat Dangai Katung Layah, diberikan: satu buah
piring putih polos, sebuah parang biasa (tepatung malaat), selembar kain baju,
satu buah mekau, sebuah gelang manik (lekuq), dan uang sesuai
dengan kemampuan penyelenggara adat.
7. Dangai
Usaau Tukau/Dangai Ayaaq, adalah suatu acara adat yang dilakukan untuk anak
yang sudah menginjak dewasa. Adat ini dilakukan sebagai pertanda bahwa anak
yang bersangkutan telah beralih dari dunia remaja dan memasuki dunia orang
dewasa. Perlengkapan-perlengkapan yang dipakai dalam upacara adat ini adalah:
Tabel 2 :
Barang adat Dangai Ayaaq
Anak Laki-laki
|
Anak Perempuan
|
||||
No
|
Nama Barang
|
Jumlah
|
No.
|
Nama barang
|
Jumlah
|
1.
|
Katung wing 2 X 8
|
1 untai
|
1.
|
Katung wing 2 X 8
|
1 untai
|
2.
|
Bah dan hiasan gigi harimau
|
1 lembar
|
2.
|
Baju manik lenkap
|
1 lembar
|
3.
|
Tabin
|
1 buah
|
3.
|
Kalbee ipan kuleh
|
1 untai
|
4.
|
Tenayung kuleh
|
1 buah
|
4.
|
Lavuung sedon
|
1 buah
|
5.
|
Parang hulu tulang
|
1 buah
|
5.
|
Hiasan/teksa uang
|
1 buah
|
6.
|
Kelebit
|
1 buah
|
6.
|
Bulu burung Enggang
|
1 lembar
|
7.
|
Serawuung manik
|
1 buah
|
7.
|
Gigi harimau
|
1 buah
|
8.
|
Bulu burung Enggang
|
1 lembar
|
8.
|
Serawuung lengkap
|
1 buah
|
9.
|
Antang
|
1 buah
|
9.
|
Antang
|
1 buah
|
10.
|
Babi jantan
|
1 ekor
|
10.
|
Babi jantan
|
1 ekor
|
11.
|
Ayam jantan
|
2 ekor
|
11.
|
Ayam jantan
|
2 ekor
|
12.
|
Goong (agong)
|
4 biah
|
|||
13.
|
Tuvuung
|
1 buah
|
|||
14.
|
Mebang
|
1 buah
|
|||








0 komentar:
Post a Comment