MAKALAH
BAHASA INDONESIA 2
Disusun Oleh:
Agung Wicaksono 50414494
Ivan
Fatkhurohman 55414544
Muhammad Taufiq
Akbar 57414564
Ridwan
Teharudin 59414324
Ruth Inggrid Veronica 59414863
21A01
TEKNIK INFORMATIKA
UNIVERSITAS GUNADARMA
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan
Yang Maha Esa, karena berkat rahmat-Nya kami bisa menyelesaikan makalah yang
akan membahas lebih jauh mengenai silogisme dan jenis-jenisnya. Makalah ini
dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Bahasa Indonesia 2.
Kami mengucapkan terima kasih kepada
Bapak Ariyanto selaku dosen mata kuliah Bahasa Indonesia 2 sekaligus pembimbing
materi. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
membangun sangat kami harapkan demi sempurnanya makalah ini.
Semoga makalah ini memberikan informasi
bagi masyarakat dan bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.
Penyusun
DAFTAR ISI
Kata pengantar ........................................................................ ii
Daftar Isi ................................................................................... iii
Bab I : Pendahuluan
1.1. Latar Belakang ............................................................. 1
1.2. Rumusan Masalah......................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan........................................................... 1
1.4. Manfaat Penulisan......................................................... 2
Bab II : Landasan Teori
2.1. Pengertian Penalaran ................................................... 2
2.2. Silogisme Kategorial..................................................... 2
2.2.1 Prinsip-Prinsip Umum Silogisme Kategorial.......... 3
2.3. Silogisme Hipotesis...................................................... 4
2.3.1 Silogisme Hipotesis Kondisional............................. 4
2.3.2 Silogisme Hipotesis Disyungtif............................... 4
2.3.3 Silogisme Hipotesis Konyungtif............................. 4
2.4. Pengertian Silogisme Alternatif................................... 5
2.5. Pengertian Entimem...................................................... 5
Bab III : Pembahasan............................................................... 5
Bab IV : Penutup
4.1. Kesimpulan................................................................... 8
4.2. Saran............................................................................. 8
Daftar Pustaka.......................................................................... 9
BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Manusia
dalam kehidupan sehari-hari tidak pernah lepas dari proses berfikir di mana di
dalamnya ada proses berfikir secara logis. Dalam berfikir, manusia selalu mengaplikasikan
apa yang mereka pikirkan dalam bentuk pernyataan-pernyataan. Berpikir yang baik
yakni berpikir logis, bukan hanya memperhatikan kebenaran bentuk atau
hukum-hukum, tetapi juga harus memperhatikan kebenaran materi pemikiran beserta
kriterianya.
Silogisme
adalah contoh yang paling tegas dalam cara berpikir deduktif yakni mengambil
kesimpulan khusus dari kesimpulan umum . Hanya saja dalam teori silogisme
kesimpulan terdahulu hanya terdiri dari dua keputusan saja sedang salah satu
keputusannya harus universal dan dalam dua keputusan tersebut harus ada unsur
yang sama-sama dipunyai oleh kedua keputusannnya. Jadi, yang di namakan dengan
silogisme adalah suatu pengambilan kesimpulan dari dua macam keputusan (premis) yang mendahuluinya. Dengan kata lain, silogisme adalah
pengambilan meputusan yang didasarkan dari beberapa premis sebelumnya.
1.2
Rumusan
Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan di bahas pada makalah
ini, antara lain:
1. Apakah
yang dimaksud dengan silogisme kategorial?
2. Apakah
yang dimaksud dengan silogisme hipotesis?
3. Apakah
yang dimaksud dengan silogisme alternatif?
4. Apakah
yang dimaksud dengan entimem?
1.3
Tujuan
Penulisan
1. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai silogisme kategorial,
2. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai silogisme hipotesis,
3. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai silogisme alternatif,
4. Untuk
mengetahui lebih jelas mengenai entimem.
1.4
Manfaat
Penulisan
1. Dapat
menambah wawasan baru mengenai Bahasa Indonesia,
2. Dapat
dijadikan sebagai bahan acuan yang membahas silogisme kategorial, silogisme
hipotesis, silogisme alternatif dan entimem.
BAB
II
LANDASAN
TEORI
2.1
Pengertian
Penalaran
Kata nalar berasal
dari bahasa Arab nazara yang artinya
“melihat”, yang mana mengisyaratkan bahwa menalar tidak hanya sekedar melihat
dengan mata, tetapi memandang sesuatu dari sudut logikanya. Dengan
penalarannya, seseorang dapat menghubungkan pengamatan secara empiris dengan
kejadian-kejadian yang ada disekitarnya.
Selain itu,
pengertian penalaran adalah (1) proses berpikir logis, sistematis,
terorganisasi dalam urutan yang saling berhubungan sampai dengan simpulan; (2)
menghubung-hubungkan fakta atau data sampai dengan suatu simpulan; (3) proses
menganalisis suatu topik sehingga menghasilkan suatu simpulan atau pengertian
baru; (4) jika karangan terdiri atas dua variabel atau lebih, penalaran dapat
diartikan mengkaji, membahas, atau menganalisis, dengan menghubungkan
variabel-variabel yang dikaji sampai menghasilkan suatu serajat hubungan dan
simpulan (Ramalan, dkk 2011 : 183).
Dalam penalaran proposisi yang dijadikan
dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedan) dan hasil kesimpulannya
disebut dengan konklusi (conclusion). Hubungan antara premis dan
konklusi disebut konsekuensi (concequence).
Syarat Kebenaran Penalaran terbagi menjadi
tiga yaitu metode penalaran induktif, salah nalar, dan metode penalaran
deduktif. Metode penalaran deduktif terdiri atas dua yaitu menarik kesimpulan
secara langsung dan tidak langsung. Menarik kesimpulan secara tidak langsung
terdiri dari empat bagian yaitu silogisme kategorial, silogisme hipotesis,
silogisme alternatif, dan antimem.
2.2
Silogisme
Kategorial
Silogisme kategorial adalah silogisme
yang terjadi dari tiga proposisi. Dua proposisi merupakan premis dan satu
proposisi merupakan simpulan. Tiga term dalam suatu silogisme kategorial diberi
nama menurut posisi mereka dalam argumen. Term mayor adalah predikat dari
kesimpulan dan term minor adalah subjek dari kesimpulan. Term tengah (term
antara), yang menjadi penghubung antara kedua premis, merupakan term yang hanya terdapat dalam kedua premis dan tidak
terdapat dalam kesimpulan. Term tengah ini disimbolkan dengan huruf M, yang
berasal dari bahasa Latin Terminus Medius.
2.3.1
Prinsip-Prinsip
Umum Silogisme Kategorial
Setiap
silogisme kategorial mengekspresikan kesesuaian atau ketidaksesuaian antara
term minor (S) dan term mayor (P) karena kesesuaian atau ketidaksesuaian mereka
dengan term antara (M). Proses ini terjadi berdasarakan empat aksioma atau
prisnsip logis. Suatu prinsip adalah sesuatu yang pertama dan darimana sesuatu
yang lain terjadi atau diketahui.
1. Prinsip
Identitas Timbal Balik
Menurut prinsip ini, jika
dua term sesuai atau identik dengan suatu term ketiga, amak kedua term itu saling
sesuai atau saling identik.
2. Prinsip
Non-Identitas Timbal Balik
Menurutu prinsip ini, jika
salah satu dari dua term identik dengan term ketiga (M) dan term lainnya tidak
identik dengan term ketiga (M), maka kedua term itu tidak saling identik.
3. Hukum
tentang Semua
Menurut prinsip ini, apa
yang diafirmasikan tentang suatu kelas logis bisa juga diafirmaiskan tentang
anggota-anggota logisnya. Dengan kata lain, apa yang diafirmaiskan tentang
suatu term yang ada bisa juga diafirmasikan tentang setiap term yang berasal
dari term itu.
4. Hukum
tentang Ketiadaan
Menurut prinsip ini, apa
yang diingkari tentang suatu kelas logis
juga diingkari tentang anggota logisnya. Dengan kata lain, apa yang
diingkari secara universal tentang suatu term juga diingkari tentang setiap
referen dari term itu.
2.3
Silogisme
Hipotesis
Silogisme
hipotesis adalah suatu silogisme yang terdiri dari premis mayor yang
berproposisi kondisional hipotesis.
Silogisme
hipotetis terdiri atas silogisme hipotetis kondisional, silogisme hipotetis
disyungtif, dan silogisme hipotetis konyungtif.
Jika
antecedensnya disebut A, dan consequensnya B, akan terjadilah yang berikut ini:
·
Jika A benar, B juga
benar);
·
Jika B salah, A juga
salah;
·
Jika A salah, B dapat
salah tetapi juga dapat benar;
·
Jika B benar, A dapaat
salah tetapi juga dapat benar;
2.3.1
Silogisme
Hipotesis Kondisional
Merupakan silogisme yang
premis majornya berupa keputusan kondisional. Keputusan kondisional itu terdiri
atas dua bagian, yaitu: jika….., maka….. Bagian yang satu dinyatakan benar,
kalau syarat yang dinyatakan dalam bagian yang lainnya terpenuhi.
Bagian keputusan
kondisional yang mengandung syarat disebut antecedens. Kemudian, bagian
keputusan yang mengandung apa yang disyaratkan disebut consequens. Sebutan itu
tidak berubah, meskipun urutan keduanya diubah.
Adapun yang menjadi inti
keputusan kondisional ialah hubungan antara antecedens dan consequens. Oleh
kaarena itu, keputusan kondisional benar, kalau hubungan bersyarat yang
dinyatakan di dalamnya benar. Keputusan itu salah, kalau hubungan itu tidak
benar.
2.3.2
Silogisme
Hipotesis Disyungtif
Merupakan silogisme yang
premis major nya tediri dari keputusan disyungtif. Premin minor mengakui atau
memungkiri salah satu kemungkinan yang sudah disebut dalam premis major.
Kesimpulan mengandung kemungkinan yang lain.
2.3.3
Silogisme
Hipotesis Konyungtif
Merupakan silogisme yang
premis major nya berupa keputusan konyungtif. Keputusan konyungtif adalah
keputusan di mana persesuaian beberapa predikat untuk satu subyek disangkal.
Supaya keputusan itu sungguh konyungtif dituntut supaya antara predikat ada
perlawanan.
2.4
Silogisme
Alternatif
Silogisme
alternatif atau silogisme disjungtif adalah silogisme yang terdiri atas premis
mayor berupa proposisi alternatif. Kalau premis minornya membenarkan salah satu
alternatif, kesimpulannya akan menolak alternatif yang lain.
2.4.1
Kaidah
Silogisme Alternatif
1.
Silogisme alternatif dalam arti sempit,
konklusi yang dihasilkan selalu benar, apabila prosedur penyimpulannya valid.
2.
Silogisme alternative dalam arti luas,
kebenaran konklusi sebagai berikut:
a.
Bila premis minor mengakui salah satu
alternatif konklusinya benar.
b.
Bila premis minor mengakui salah satu
alternative konklusinya salah.
2.5
Entimem
Entimem adalah silogisme
yang diperpendek. Entimen tidak perlu menyebutkan premis umum, tetapi langsung
mengetengahkan simpulan dengan premis khusus yang menjadi penyebabnya.
BAB III
PEMBAHASAN
Penalaran
deduksi yang berupa penarikan simpulan secara tidak langsung memerlukan dua
premis sebagai data. Dari dua premis ini akan dihasilkan sebuah simpulan.
Premis yang pertama adalah premis yang bersifat umum dan premis yang kedua
adalah premis yang bersifat khusus.
Untuk menarik
kesimpulan secara tidak langsung, diperlukan suatu premis (pernyataan dasar)
yang bersifat pengetahuan yang semua orang sudah tahu, umpamanya setiap manusia
akan mati, semua ikan berdarah dingin, semua sarjana adalah lulusan perguruan
tinggi, atau semua pohon kelapa berakar serabut.
Contoh
silogisme kategorial :
Semua manusia bijaksana.
Semua
polisi adalah manusia.
Jadi,
semua polisi bijaksana.
Untuk
menghasilkan simpulan harus ada term penengah sebagai penghubung antara premis
mayor dan premis minor. Term penengah pada term di atas adalah manusia. Term
penengah hanya terdapat pada premis, tidak terdapat pada simpulan. Kalau term
penengah tidak ada, simpulan tidak dapat diambil. Contohnya :
Semua manusia tidak bijaksana.
Semua
kera bukan manusia.
Jadi,
(tidak ada simpulan).
Silogisme
kategorial akan salah jika tedapat lebih dari tiga term conothnya :
Semua atlet harus giat berlatih.
Xantipe
adalah seorang atlet.
Xantipe
harus giat berlatih.
Dalam silogisme
kategorial, dua premis negatif tidak menghasilkan simpulan. Contohnya :
Semua semut bukan ulat.
Tidak
seekor ulat pun adalah manusia.
Jika salah satu
premisnya negatif maka simpulan pasti negatif. Contoh :
Tidak seekor gajah pun adalah singa.
Semua
gajah berbelalai.
Jadi,
tidak ada seekor singa pun berbelalai.
Dari dua premis
yang khusus tidak dapat ditarik satu kesimpulan. Contohnya:
Sebagian orang jujur adalah petani.
Sebagian
pegawai negri adlaah orang jujur.
Jadi,
(tidak ada kesimpulan).
Bila salah satu
premisnya khusus, simpulan akan bersifat khusus. Contohnya:
Semua mahasiswa adalah lulusan SLTA.
Sebagian
pemuda adalah mahasiswa.
Jadi,
sebagian pemuda adalah lulusan SLTA.
Dari premis
mayor yang khusus dan premis minor yang negatif, tidak dapat ditarik suatu kesimpulan.
Contohnya:
Beberapa
manusia adalah bijaksana.
Tidak seekor
binatang pun adalah manusia.
Jadi,
(tidaka ada kesimpulan).
Dalam silogisme
hepotesis, jika A benar maka B juga benar. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi
dipanaskan.
Jadi,
akan memuai.
Dalam silogisme
hepotesis, jika B salah maka A juga salah. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi memuai.
Besi tidak memuai.
Jadi,
besi tidak dipanaskan.
Dalam silogisme
hipotesis, jika A salah maka B dapat salah tetapi juga dapat benar. Contohnya :
Jika besi
dipanaskan, besi memuai.
Besi tidak
dipanaskan.
Besi belum
pasti memuai.
Dalam dilogisme
hipotesis, jika B benar maka A dapat salah tetapi juga dapat benar. Contohnya :
Jika besi dipanaskan, besi akan memuai.
Besi
memuai.
Besi
belum pasti dipanaskan.
Pada silogisme
alternatif, jika premis mayor membenarkan salah satu alternatif, simpulannya
akan menolak alternatif yang lain. Contoh:
Dia adalah
seorang kiai atau profesor.
Dia
seorang kiai.
Jadi,
dia bukan seorang profesor.
Pada percakapan
dalam kehidupan sehari-hari, suatu silogisme seringkali diperpendek, yakni
tanpa menyebutkan premis-premis umum. Seseorang lansung mengatakan kesimpulan
yang diikuti dengan premis khusus sebagai penyebab, penjelasan, ataupun
keterangannya. Bentuk silogisme seperti ini disebut entimem. Contoh :
Menipu adalah
dosa karena merugikan orang lain.
Kalimat di atas dapat
dipenggal menjadi dua.
a. Menipu adalah dosa.
b. Karena (menipu) merugikan orang lain.
Contoh silogisme menjadi entimem:
Semua
sarjana adalah orang cerdas.
Ali
adalah seorang sarjana.
Jadi,
ali adalah orang cerdas.
Dari silogisme di atas, dapat ditarik satu entimem, yaitu
Ali adalah orang cerdas karena dia adalah
seorang sarjana.
Contoh entimem menjadi silogisme:
Kartiko orang bijak karena dia adalah
mahasiswa.
Dari entimem di atas, dapat ditarik silogisme, yaitu :
Semua mahasiswa adalah orang bijak. Kartiko
adalah mahasiswa
BAB
IV
PENUTUP
4.1
Kesimpulan
Dari berbagai pembahasan
yang telah penulis sajikan, maka penulis dapat menyimpulkan sebagai berikut :
1.
Silogisme Kategorial
merupakan silogisme yang terjadi dari tiga proposisi. Dimana, dua proposisi tersebut merupakan premis, dan
satu proposisi untuk kesimpulan. Di dalam kesimpulan terdapat subjek dan
predikat.
2. Silogisme Hipotesis merupakan jenis silogisme yang
terdiri atas premis mayor yang bersifat hipotesis, dan premis minornya bersifat
katagorial.
3. Silogisme Alternatif merupakan silogisme yang terdiri
atas premis mayor berupa proposisi alternatif.
4. Entimem merupakan silogisme yang
salah satu premisnya dihilangkan/tidak
diucapkan karena sudah sama-sama diketahui.
1.2
Saran
Apabila ada
kekurangan dan kesalahan yang terdapat pada makalah ini, kami sangat
mengharapkan apresiasinya berupa kritik dan saran yang dapat membangun di masa
yang akan datang.
DAFTAR PUSTAKA
- http://staff.uny.ac.id/sites/default/files/pendidikan/prof-dr-ajat-sudrajat-mag/8-hand-out-logika silogisme-hipotetis.pdf diakses 4 maret 2016
- Pengantarlogika.Grasindo(https://books.google.co.id/books?id=HsJdE6alXBYC source=gbs_navlinks_s)
- Alex Lanur. Logika: Selayang Pandang. Yogyakarta: Kanisius, 1983.
- W. Pespoprodjo dan T. Gilareso. Logika Ilmu Menalar: Dasar-Dasar Berpikir Tertib, Logis, Kritis, Analitis, Dialektis. Bandung: Pustaka Grafika, 2011.
- R, Ahmad S. 2015. Mudah Menguasai Bahasa Indonesia. Bandung : Yrama Widya.









0 komentar:
Post a Comment